Sabtu, 21 April 2012

Hari Kartini..Hariku Menjadi Wisudawati


Alhamdulillah…acara wisuda sarjana Univ. YARSI 2011-2012 tadi berjalan lancar.

Suatu kebanggan suatu tahap telah terlewati..bukan berarti selesai tetapi ini merupakan langkah awal menuju titik dunia kedokteran yang sebenarnya. Setelah 3.5 tahun menjalani kehidupan perkuliahan, menjadi seorang mahasiswa/i menuntut ilmu di bangku kuliah dan berbagai organisasi sekarang saatnya terjun langsung pada kehidupan sebenarnya. Tambahan gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran) yang sekarang bersanding di belakang namaku bukanlah suatu kebanggaan bila tak mampu melaksanakan tanggung jawab atas janji yang telah aku ikrarkan pagi tadi bersama ratusan teman sejawat.

Bila para sarjana lain dapat langsung berkerja bermodalkan ijazah sarjananya, aku pun bisa bila memang cita-citaku hanya menjadi sarjana kedokteran. Untungnya sedari kecil setiapku di Tanya mengenai cita-cita, aku menjawabnya “mau jadi dokter” jadi sarjana baru loncaran pertama di mana kepanitraan telah menyapaku dan siap kembali mengisi ruang-ruang kosong di otak ini agar aku dapat mengapai cita-citaku.

Hari ini aku merasa 3.5 tahun kebelakang terasa sangat singkat, waktu terasa berputar begitu cepat meski aku pun tak ingin kembali ke masa lalu. Materi kuliah, skill lab, praktikum, ujian blok, integrasi, zaman pra-koas telah memberiku banyak ilmu dan pengalaman. Meski sampai saat ini pun aku tetap merasa seperti cangkir yang kosong belum terisi air. 

Seminggu setelah wisuda hari ini insya allah aku dan teman sejawat akan memasuki dunia koas. Tidak berbeda jauh dengan dunia perkuliahan, kami tetap terus belajar, bimbingan, dan ujian. Bedanya hanya masalah tempat, dimana ketika kuliah kami bolak-balik kampus sekarang kami bolak-balik rumah sakit. Selain itu juga dokter-dokter di rumah sakit menjadi dosen baru kami. Dan yang paling istimewa, kami akan langsung berhadapan dengan para pasien, guru kami. Tak hanya teksbook atau jurnal seperti zaman kuliah yang akan kami telan tapi kondisi pasienlah yang paling nyata. Yang akan mengajarkan kami langsung mengenai fakta berbagai penyakit. Berawal dari melatih anamnesis, belajar dan melihat langsung kondisi pasien, mengali berbagai diagnosis dan diagnosis banding, hingga melatih empati pada mereka. 

Bila membandingkan dengan belajar nyetir, dunia koas adalah keadaan dimana kita sedang les nyetir. Kita akan mengemudi mobil yang memiliki 2 kopling dan 2 rem. Satu kopling dan satu rem kita yang mengendalikan sedangkan yang sisanya guru les yang mengendalikan. Ketika selama les terdapat lecet atau kecelakaan maka tanggung jawab terdapat ditangan sang guru. Seperti itulah aku rasa dunia koas nanti, aku tetap bebas memeriksa pasien, mendiagnosis bahkan sampai memberikannya terapi tetapi semua tindakan itu harus berada di bawah kendali sang dokter. 

Koas itu seperti gelas yang kosong. Gelas yang kosong agar mudah penuh di isi harus diam gelasnya tidak banyak gerak. Diam itu aku ibaratkan dengan etika. Jagalah etika selama menjalani proses kepanitraan agar otak ini mudah terisi ilmu. Kalo koasnya nyebelin dan ngga sopan males jugakan dokternya buat ngajarin. Sebaliknya, kalo koasnya rajin dan sopan makan dengan senang hati dokternya akan memberikan ilmu mereka.

Terima kasih ya Allah SWT ..atas segala nikmat iman,islam, dan sehat sehingga aku dapat meraih gelar sarjana ini tepat pada waktunya.

Terima kasih pada mamah, bapak..atas segala dukungannya, kasih sayangnya dan suntikan finansial yang sampai kapan pun takkan mampu aku membalasnya kecuali hanya dengan baktiku padamu.

Terima kasih pada seluruh dosen atas segala ilmu yang telah kalian berikan padaku dan seluruh civitas YARSI.

Terima kasih pada seluruh teman sejawat 2008, Keluarga Besar TDM, SENAT atas segala kenangan indah selama di kampus bersama kalian.

Seperti 3.5 tahun yang terasa singkat, semoga kepanitraan dan intensif pun akan terasa lebih singkat. Amiiin..

Alhamdulillah..Makasih smw y :)