Alhamdulillah…acara wisuda
sarjana Univ. YARSI 2011-2012 tadi berjalan lancar.
Suatu kebanggan suatu tahap telah
terlewati..bukan berarti selesai tetapi ini merupakan langkah awal menuju titik
dunia kedokteran yang sebenarnya. Setelah 3.5 tahun menjalani kehidupan
perkuliahan, menjadi seorang mahasiswa/i menuntut ilmu di bangku kuliah dan
berbagai organisasi sekarang saatnya terjun langsung pada kehidupan sebenarnya.
Tambahan gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran) yang sekarang bersanding di belakang
namaku bukanlah suatu kebanggaan bila tak mampu melaksanakan tanggung jawab
atas janji yang telah aku ikrarkan pagi tadi bersama ratusan teman
sejawat.
Bila para sarjana lain dapat
langsung berkerja bermodalkan ijazah sarjananya, aku pun bisa bila memang
cita-citaku hanya menjadi sarjana kedokteran. Untungnya sedari kecil setiapku
di Tanya mengenai cita-cita, aku menjawabnya “mau jadi dokter” jadi sarjana
baru loncaran pertama di mana kepanitraan telah menyapaku dan siap kembali
mengisi ruang-ruang kosong di otak ini agar aku dapat mengapai cita-citaku.
Hari ini aku merasa 3.5 tahun
kebelakang terasa sangat singkat, waktu terasa berputar begitu cepat meski aku
pun tak ingin kembali ke masa lalu. Materi kuliah, skill lab, praktikum, ujian
blok, integrasi, zaman pra-koas telah memberiku banyak ilmu dan pengalaman.
Meski sampai saat ini pun aku tetap merasa seperti cangkir yang kosong belum
terisi air.
Seminggu setelah wisuda hari ini
insya allah aku dan teman sejawat akan memasuki dunia koas. Tidak berbeda jauh
dengan dunia perkuliahan, kami tetap terus belajar, bimbingan, dan ujian.
Bedanya hanya masalah tempat, dimana ketika kuliah kami bolak-balik kampus
sekarang kami bolak-balik rumah sakit. Selain itu juga dokter-dokter di rumah
sakit menjadi dosen baru kami. Dan yang paling istimewa, kami akan langsung
berhadapan dengan para pasien, guru kami. Tak hanya teksbook atau jurnal
seperti zaman kuliah yang akan kami telan tapi kondisi pasienlah yang paling
nyata. Yang akan mengajarkan kami langsung mengenai fakta berbagai penyakit. Berawal dari melatih anamnesis, belajar dan melihat langsung kondisi
pasien, mengali berbagai diagnosis dan diagnosis banding, hingga melatih empati
pada mereka.
Bila membandingkan dengan belajar
nyetir, dunia koas adalah keadaan dimana kita sedang les nyetir. Kita akan
mengemudi mobil yang memiliki 2 kopling dan 2 rem. Satu kopling dan satu rem
kita yang mengendalikan sedangkan yang sisanya guru les yang mengendalikan.
Ketika selama les terdapat lecet atau kecelakaan maka tanggung jawab terdapat
ditangan sang guru. Seperti itulah aku rasa dunia koas nanti, aku tetap bebas
memeriksa pasien, mendiagnosis bahkan sampai memberikannya terapi tetapi semua
tindakan itu harus berada di bawah kendali sang dokter.
Koas itu seperti gelas yang
kosong. Gelas yang kosong agar mudah penuh di isi harus diam gelasnya tidak
banyak gerak. Diam itu aku ibaratkan dengan etika. Jagalah etika selama
menjalani proses kepanitraan agar otak ini mudah terisi ilmu. Kalo koasnya
nyebelin dan ngga sopan males jugakan dokternya buat ngajarin. Sebaliknya, kalo
koasnya rajin dan sopan makan dengan senang hati dokternya akan memberikan ilmu
mereka.
Terima kasih ya Allah SWT ..atas
segala nikmat iman,islam, dan sehat sehingga aku dapat meraih gelar sarjana ini
tepat pada waktunya.
Terima kasih pada mamah,
bapak..atas segala dukungannya, kasih sayangnya dan suntikan finansial yang
sampai kapan pun takkan mampu aku membalasnya kecuali hanya dengan baktiku
padamu.
Terima kasih pada seluruh dosen
atas segala ilmu yang telah kalian berikan padaku dan seluruh civitas YARSI.
Terima kasih pada seluruh teman
sejawat 2008, Keluarga Besar TDM, SENAT atas segala kenangan indah selama di
kampus bersama kalian.
Seperti 3.5 tahun yang terasa
singkat, semoga kepanitraan dan intensif pun akan terasa lebih singkat. Amiiin..
Alhamdulillah..Makasih smw y :) |