Selasa, 07 Agustus 2012

LIFE is Patient and Examination, and u can solve it !!!!


Setelah shalat subuh tadi isengku menonton CD  wisuda sarjana yang merekam kejadian 22 Maret 2012, hari dimana aku dan teman sejawat menjadi wisudawan dan resmi menjadi seorang sarjana.

Tak terasa 7 semester dibangku kuliah begitu cepat rasanya berlalu.

Aku ingat, ketika aku masih menjadi mahasiswa baru dan mengikuti kegiatan SPT di kampus selama seminggu. Hari pertama aku hanya duduk dan memperhatikan petuah para dosen. Aku ingat sekali saat itu aku ingin membalikan badan, mengudurkan diri menjadi seorang mahasiswa kedokteran, padahal keinginan menjadi seorang dokter pure keinginanku sendiri tanpa unsur paksaan dari siapapun termasuk orang tuaku. 

Entah karena petuah apa yang disampaikan dosen tersebut, yang jelas beliau mengingatkan:
“Bila ingin menjadi seorang dokter itu harus rajin dan pintar juga jago bahasa inggris karena teksbook yang update ya berbahasa inggris, jadi dokter itu ngga mudah banyak tuntutannya, kalian harus belajar sepanjang hayat..bla..bla..bla..kalo kalian merasa tidak sanggup silahkan balikan badan kalian, silahkan mengundurkan diri sebelum kalian memulianya dan melangkah lebih jauh”

Jlegggg…..aku ingat sekali apa yang aku pikirkan saat itu, 
AKU HARUS BALIK BADAN..AKU HARUS MENGUNDURKAN DIRI..AKU TAU AKU NGGA PINTAR..BAHASA INGGRISKU JELEK..YA..AKU HARUS KABUR..

Dosen tersebut sejenak berhenti berbicara, memberikan waktunya untuk kami sejenak berpikir dan mempertimbangkan tawarannya. Aku menerawang, memandangi teman-teman baruku yang berjumlah 300 yang berbalut baju putih dan bawahan hitam. Apakah kalian ada yang ingin menemaniku untuk mengundurkan diri??, tanyaku dalam hati. Ekspresi mereka beraneka, ada yang tetap asik mengobrol ada yang hanya diam dan menundukan kepala mungkin sedang merenungkan juga tawaran dosen tersebut ada pula yang tidur. 
Nyatanya tak ada seorang pun yang melangkah, aku pun masih duduk dan coba mengalahkan pikiran pengecut yang terus menakutiku. Jujur..saat itu alasan yang paling kuat membuatku bertahan adalah : uang bangunan yang ngga mungkin bisa kembali meskipun aku mengundurkan diri, hahhahaa…..ternyata aku begitu pengecut. Kalah oleh suatu materi. Tapi baguslah..minimal ada satu alasan ini sehingga aku bisa menjadi seorang sarjana kedokteran tahun ini.

Aku tak akan lupa kejadian tersebut..mungkin hari itu hanya aku yang berpikir sepengecut itu. Hanya dengan gertakan aku hampir kehilangan cita-citaku sejak kecil. Padahal sebelum aku mendaftar dulu bapak selalu menanyakan keseriusanku mengambil fakultas kedokteran.
Bapak : serius mau jadi dokter??jadi dokter lama lho belajarnya..ndungkan bosenan orangnya. Sodara kita ada yang pernah di DO dari YARSI lho gara-gara jelek nilainya..jadi ngga boleh main-main kuliahnya
Aku : ia serius kok..ndung bakal belajar bener-bener..ngga akan berhenti tengah jalan, kan bayar kuliahnya juga mahal..hahhahhah
Bapak : ok kalo gitu..

Nyatanya aku mampu melewati masa kuliah, Alhamdulillah dengan lancar dan nilai yang ngga jelek-jelek banget pastinya. Tak terasa sekarang aku  sudah masuk ke dunia KOAS, tahap terakhir untuk mengapai cita-citaku. Tapi cita-citaku sudah berubah sekarang, bukan hanya ingin menjadi seorang dokter, tapi aku harus menjadi dokter spesialis meskipun masih bingung sih mau ambil spesialis apa karena aku baru merasakan 2 stase di koas, yang pasti aku harus menjadi spesialis..so, dunia koas mungkin tahap akhir untuk mewujudkan mimpi sejak kecilku tapi merupakan tahap awal untuk mimpiku yang sekarang. Bismillah…semoga dimudahkan olehNya.

Ketika aku menonton rekaman wisuda tersebut aku merasa hidup berlalu begitu cepat..aku telah melewati wisuda TK-SD-Pondok (SMP+SMA)-SARJANA….

Benar kata Quraish Shihab (Manajemen Hati) : hidup adalah SABAR dan UJIAN.
Semua yang kita alami di dunia ini adalah ujian, ujian yang pasti mampu kita lewati, sebagaimana firman Allah SWT :
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya” (QS Al Baqarah : 286)
Seperti sifat pengecutku tersebut…alhamdulillah aku bisa melewatinya.
Dan untuk melewati ujian tersebut, SABAR adalah solusinya.
Berusahalah dengan sabar, selesaikanlah ujian tersebut dengan sabar. Insya allah hasilnya pun akan bermanfaat dan sesuai dengan yang kita inginkan.

Terima kasih atas gertakannya wahai dosenku, hal tersebut mengingatkanku akan kekurangan yang ku punya yaitu : AKU BUKAN ORANG PINTAR APALAGI JENIUS, sehingga  ku sadar untuk menyelesaikan semua ujian yang ku jalani adalah mengunakan waktu ekstra untuk terus belajar, meski kadang suka mepet pas mau ujian..hhaahha…minimal aku tau solusinya untuk menyelesaikan ujian tersebut hingga mendapat hasil yang memuaskan yaitu RAJIN dan pasti untuk RAJIN butuh SABAR, bukan begitu??hiihihiihih…


_sedang menikmati stase libur, di sela-sela dunia KOAS_

Rabu, 01 Agustus 2012

dibalik dunia Hitam-Putih


Stase radiologi kelar.. J

Salah satu stase kecil yang baru aq jalani setelah sebelumnya 10 minggu merasakan stase anak.
Meskipun radiologi itu stase kecil tapi aq merasa malah lebih berat di banding stase anak, why??
Bayangin aja selama 3 minggu harus pulang sore bahkan malem, hari pertama aja udah pulang setengah 8 coba..pfuiihhhh…padahal waktu stase anak kalo lagi shift pagi  poli atau IGD jam 2 siang aja dah bisa pulang kalo lagi ngga ada bimbingan sore.

Tiap rumah sakit mungkin berbeda..ada juga koas yang merasa bahwa stase radiologi ya stase yang sangat santai, jam 12 siang udah bisa tidur di kosan tapi ngga buat RSUD.Pasar Rebo tempat aq menjalani koas.
Di RS ini dokter radiologinya ada 2 : dr. Abdullah Bachmid, Sp.Rad ma dr. Mahyeti, Sp.Rad. Radiografernya lumayan banyak : ada mas yani, mas tono, mamih, bu tri, bu sri dan banyak lagi.

Kegiata selama 3 minggu di radiologi jelas berbeda dengan stase anak. Karena ini stase kecil maka jumlah teman kelompoknya pun sedikit, dari 15 teman ketika stase anak kami di pecah ke beberapa stase : 6 orang ke stase obgyn, 5 orang ke radiologi, 2 orang ke anestesi, 1 orang ke bedah, 1 lagi udah kelar koasnya.

Aq ber-5 bareng : noni, mbak mitha, nurul ma kak cici. Sempat kecewa sebelumnya karena kami berharap bisa menyelesaikan dulu stase besar tapi mungkin ada hikmahnya juga kami masuk radiologi dulu salah satunya ya kami bisa belajar lebih mendalam tentang berbagai foto patologis sebelum di stase besar kami di terror oleh konsulen dengan berbagai foto rontgen seperti yang sempat aq rasakan ketika di stase anak, ketika di poli anak  dr.Ellen sempet menyuruhku membaca foto rontgen di depan pasien “fahria coba kamu baca bagaimana hasil foto ini?”, dengan serius dan sedikit gugup ku coba memperhatikan rontgen thorax anak tersebut, berusaha merecall berbagai ilmu radiologi yang sempat ku dapat di kampus. “kotor dok, ada infiltratnya”, ok fine..otakku buntu dan aq hanya bisa menduplikat ucapan konsulen anak bila membaca foto rontgen pada pasiennya yang dinyatakan positif terinfeksi atau sakit TB. Untungnya dr.Ellen tau kalo aq belum menjalani stase radiologi, jadi beliau cukup maklum dengan otakku yang standar dalam membaca rontgen dan beliau menjelaskan “kalo anak-anak segini bersih, corakannya aja yang kasar, masih normal ini”.
Itulah salah satu alasan yang membuatku senang masuk radiologi dan mengubur kekecewaan karena tidak ke stase besar.

Hari pertama di stase radiologi terasa sangat hambar sekali, wajarlah setiap pindah tempat pasti butuh waktu untuk beradaptasi. First day is introduction day. Kenalan ma kedua konsulen tersebut. Kenalan ma para radiographer dan karyawannya. Kenalan ma alat-alatnya dari mekanisme sinar X, USG dan CT-Scan. Hari pertama adalah hari yang sangat membosankan, karena sepanjang hari setelah berkenalan kami hanya disuruh untuk membaca “kalian baca BAB 4 ya, tentang fisikanya”, pesan dr. bachmid. Belum sampai sejam pun kami sudah bosan, sekilas ku perhatikan perkerjaan dokter radiologi yang hanya duduk dan membaca tumpukan foto, sesekali melakukan USG,IVP atau HSG. Krik..krik…apa mereka tidak bosan ya??? Pulangnya pun sore sekali, tergantung jumlah foto juga..hari pertama ini kami pulang setengah 8..oh god, hari pertama aja sudah semalam ini gimana besok-besok y..pfuiiihhh..sebenernya kami sudah disuruh pulang oleh kedua konsulen ini “koas sampe jam 4 sore aja, pulang aja sana kalian”. Tapi tetep aja kami kekeuh ngga mau pulang sebelum konsulen kami pulang. Soalnya inikan hari pertama..harus terkesan baik dong..hihiihih..Dr.Bachmid sudah pulang sejak sore tadi, beliau selalu pulang lebih awal memang dibanding dr.mahyeti karena beliau selalu datang lebih pagi, sedangkan dr.mahyeti jam 12 siang baru datang karena paginya bekerja di cisarua-bogor.

Hari ke dua berjalan cukup baik.
Pulang sore juga sih..tapi hari ini kami sudah diajarkan membaca thorak normal..dan lumayan dah akrab ma karyawannya..yesss..adaptasi berjalan cepat. Wajar sih, emang aslinya orangnya pada baik-baik sih J

Minggu pertama ini kami cukup belajar toraks..dari yang normal dan berbagai kelainannya baik masalah paru seperti tb, pneumotorak, efusi ma masalah jantung.
Dan tetep pulang sore..hahhaha…maklumlah, konsulennya hanya 2 sedangkan tugas mereka sangat banyak, jadi mereka harus menyelesaikan tugas mereka dulu baru deh ngajarin kami. Selain bimbingan, kami juga dibolehkan membaca foto-foto baru dan mendeskripsikannya hingga ke diagnosis. Kami tulis di kertas kosong terus di selipin deh di lembar fotonya nanti di koreksi ma konsulen kami. Selain foto-foto rontgen, kami juga ikut setiap kosulen  melakukan USG, HSG atau IVP.

Ada cerita lucu ketika suatu hari kami ikut dr.bachmid mau USG seorang kakek-kakek.
Kami berlima masuk ke ruang USG. Kakek tersebut sudah berbaring di kasur pemeriksaan. Dr.bacmid sedang mengetik identitas kakek tersebut. Untuk mempersingkat waktu, aq meminta kakek tersebut menaikan bajunya dan menurunkan celananya sebagaimana yang biasa diperintahkan pada pasien yang akan di USG.
Tetapi kakek itu hanya menaikan bajunya, “celananya turunin dikit y kek”, perintahku untuk yang kedua kalinya.
Kakek itu sempat memperhatikan kami ber-5 dan tetap enggan menurunkan  celananya.
“turunin celananya ya pak”, kali ini dr.bachmid yang memerintah. Sudah memegang tranduser dan siap memeriksa.
“malu dok” jawab kakek tersebut sembari menunjukku kami.
Spontan kami berlima langsung keluar dari ruang USG dan tawa kamipun langsung meledak..wwkkwkkwkw… “kakek malu”, ucap uyung meniru ucapan kakek tersebut.
Hihiihihi…aq jadi geli sendiri...perasaan dari kemaren ikut USG baru kali ini ada kakek-kakek yang segitu malunya..maaf ya kek, kami kan Cuma mau belajar aja..maaf buat kakek risih J

Minggu kedua kami mulai belajar membaca USG, HSG, BNO-IVP.

Minggu ketiga tambah belajar CT-Scan trus hari jumat dan sabtunya kami ujian deh.

Ujiannya ada 3 sesi :
Sesi pertama menuliskan gambaran dan kesan dari 20 foto (2 CT-Scan, 2 USG, sisanya foto thorax, SPN, tulang, BNO-IVP, colon in loop). Tiap foto kami diberi waktu 5 menit. Tiap 5 menit salah satu ringtone dari hp dr.mahyeti bakal berbunyi pertanda kami harus pindah mengerjakan nomor selanjutnya.

Sesi kedua ujian tulis juga 20 soal, bedanya ma sesi pertama soalnya adalah suatu diagnosis dan kami harus mendeskripsikan. Sisanya pertanyaan tentang mekanisme kerja USG, definisi infra dan ultrasound, persiapan pasien yang akan di USG dan IVP.

Sesi ketiga lisan, pas dr.mahyeti lagi USG kami langsung dicecer pertanyaan secara bergantian, “organ apa ini?’ “apa indikasi pemeriksaannya?” dll..setelah USG kami juga disuruh membaca foto-foto baru, ada yang dapet toraks, SPN, femur, IVP,dll..untungnya masih bareng-bareng diujinya jadi masih bisa saling lirik…hihiihihi

Yah 3 minggu di stase radiologi ini sangat berkesan..dari karyawannya yang super duper baik. Pas mau bulan puasa aja di radiologi ada acara mungahan, kami di ajak makan-makan juga. Pokoknya karyawannya pada akraban banget deh.

Bakal kangen ma kehebohan bu tri yang selalu ngegodain dr.bachmid.

Bakal kangen ma dr.bachmid yang sangat cool tapi sekalinya ngomong selalu bikin kami ngakak.

Bakal kangen ma dr.mahyeti yang sangat keibuan, meskipun cerewet tapi sangat sabar tiap ngasih kami bimbingan. Wonder women..yang tiap hari bolak-balik ke cisarua nantangin macet padahal bawa nyetir sendiri.

Bakal kangen ma pak yani, mas tono, bu sri dan para radiographer lain yang selalu baik ma kami. Mengizinkan kami ngacak-ngacak foto sebelum diberikan pada pasien.

Bakal kangen ruangan kecil tersebut, beberapa light box, yang menjadi saksi bisu di kala jenuh menghampiri, mata perih melototin foto-foto mencari infiltrat, bercak, mendeskripsikan puluhan foto di ruangan tersebut.

Bakal kangen berbagai ekspresi kalian (noni, uyung, mbak mitha, kak cici) dari yang seneng karena bener menuliskan hasil foto sampe Cuma bengong karena telah paanjang lebar mendeskripsikan foto dengan berbagai kelainan eh nyatanya foto itu hanya variasi normal saja..hahahhaha…

Bakal kangen tempat shalat di ruang belakang..tempat kami sejenak melepas lelah dan kadang sampai tertidur pulas disana.

Radiologi mungkin hanya sebatas foto hitam-putih dengan berbagai gambaran serupa. Tetapi logikalah yang dapat memecahkan hal serupa tersebut menjadi berbeda.

Seperti hidup ini..mungkin hidup sebatas bangun-makan-shalat-mandi-kuliah/kerja-main-jalan2-tidur lagi..hidup kita dengan orang lain mungkin serupa..bedanya bagaimana kita mengunakan logika untuk mengambil hikmat dari setiap detik yang telah berlalu J

makan bareng di radiologi 

foto-foto pas lagi suntuk..ssshhhh..jangan sampe dr.bachmid tau..hahaha

mau pulang..tapi ngga ada yang berani izin..hahhaa..

di sinilah tempat kami menghabiskan waktu selama 3 minggu..dari baca foto, bimbingan sampe ngga sadar  tertidur..hahha


buku hitam..buku dewanya stase radiologi


 selanjutnya kami berlima masuk stase libur dulu selama 2 minggu..setelah itu stase neurologi siap kami hajar..hahhaha..smngt koas... :)