Minggu, 05 September 2010

SANG PENCERAH

Tak terasa halaman terakhir dalam novel ini telahku selesikan. Tak salah...beliau memang layak di juluki SANG PENCERAH bahkan mungkin lebih..SANG PELOPOR, SANG PENDOBRAK, SANG PAHLAWAN bagi umat islam.


Selama 6 tahun aq menimba ilmu di Pon.Pes Darul Arqam rasanya hanya Organisasi Muhammadiyahlah yang slalu di ajarkan ditiap lembaran Buku Kemuhammadiyahan. Ada juga menyinggung sang pelopor yang tak lain Kiai Ahmad Dahlan tapi hanya selinggan perjalanan hidupnya tanpa penjelasan lebih dalam tentang usaha dan upaya beliau mendirikannya. Setelah membaca novel ini aku benar-benar merasa merindukan sosok sepertinya.


Seorang kiai yang begitu pintar, berani, kritis, dimana akhlak muliannya yang paling tersentuh dan sangan terkesan bagiku adalah sifat sabarnya. Sifat sabar yang memang harus seperti itu tak ada batas. Meski pahit harus mendengan selentingan tajam tentang dirinya dengan julukan kiai kafir tapi tak penah dirinya terpancing oleh emosi bahkan sifat sabarlah yang makin menyesukan dirinya. Subhanallah...


Sejak kecil Darwis, nama cilik Kian Ahmad Dahlan sebelum beliau memunaikan haji dan menimba ilmu 5 tahun di Makkah, memang sudah kritis terhadap tradisi-tradisi jawa yang dirasa terkadang malah membebani masyarakat sendiri. Salah satunya yasinan 40 hari, dimana selain baca yasin secara bersama-sama juga harus membuat kue apem, ketan juga ayam rebus. Darwis merasa bahwa hal itu tak sesuai dengan ajaran islam selain itu dalam keadaan masih terjajah seperti ini bukankah hal seperti itu hanya akan menyusahkan keluarga yang ditinggalkan. Ketika ditayakan langsung pada bapaknya pun beliau hanya mendapat jawaban “ sebagai orang jawa dan muslim, eling kepada orang yang sudah meninggal itu harus”. Sejak itu beliau makin kritis menanyakan berbagai tradisi di sekitarnya termasuk Nyandran dan Ruwahan.


Setelah 5 tahun menimba ilmu di tanah suci Makkah Mukarramah beliau mengamalkan ilmunya di Langgar Kidul kepada para muridnya yang sangat terkesima dengan cara beliau mengajar meski banyak cobaan yang terus mendatangi tak mereka tetap setia pada gurunya. Beberapa tahun kemudian, beliau bergabung dengan Perkumpulan Pendidikan Pertama yaitu Budi Utomo. Selama beliau ikut bergabung dalam organisasi ini timbullah keinginan untuk mendidirak perkumpulan islam ,yang atas usul Sangidu adik tiri beliau , bernama Muhammadiyah (Pengikut Kanjeng Nabi Muhammad SAW). Meski sempat tidak diizinkan oleh Kian Penghulu, tapi ternyata Kian Penghulu hanya salah baca dan akhirnya mengizinkan perkumpulan ini berdiri sehingga mendongkrak kembali semangat beliau dan murid-muridnya untuk memulai menghidupkan Muhammadiyah.


Tepat pada tanggal 12 November 1912 ditetapkan sebagai hari lahirnya Muhammadiyah.


“Muhammadiyah ini bukan untuk kita sendiri, tapi untuk orang banyak” ujar beliau. Dan pesan beliau yang sangatku suka “ Hidup ini singkat dan hanya sekali, manfaatkan tidak hanya untuk kepentingan sendiri. Allah beserta orang-orang yang peduli. Insya Allah usaha kita ini akan diridhai”. Apa yang beliau pesankan memang tak jauh dari kepribadiannya yang tinggal rasa sosial terhada sesama.


Beliau memang pribadi yang sangat tangguh, sabar, berprinsip tapi tidak fanatik, kreatif, tulus ikhlas hadapi cobaan hidup, penyayang, pintar, rendah hati...entahlah apa lagi, tak salah memang beliau sebagai pendiri Muhammadiyah...pengikut Kanjeng Nabi Muhammad SAW...karena memang seperti itulah beliau..akhlak mulianya kan slalu terkenang, jasa perjuangannya takan pernah pupus meski jasad tlah tiada. Oh ya satu tokoh lain yang tak lain istri beliau, siti Walidah, yang salu setia menemani dan mendukung jalan perjuangan beliau dalam berdakwah.


Janji Allah memang tak pernah dusta, Kiai Ahmad Dahlan memang manusia yang beruntung.Surat Ali Imran ayat 104 :


“ Waltakun minkum ummatun yad’una ilal khairi wa ya’muruna bil ma’ruf wa yanhauna ‘anil munkar. Wa ulaikahumul mufluhun (Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung)”


Ayat ini lah yang merupakan salah satu alasan Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Mendirikan perkumpulan islam yang didalamnya terdiri dari 2 orang atau lebih yang memiliki tujuan yanAg sama yaitu menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar yang dilakukan dengan kerja sama.


Dua tahun setelah kembali dari merantau dibalik tembok pesantren Muhammadiyah , Darul Arqam. Rasanya belum ada dakwah yang ku jalankan untuk melanjutkan jerih payah Kiai Ahmad Dahlan, malu rasanya pada beliau padahal zaman sekarang sudah serba mudah dibanding zaman beliau dahulu saat nasih rakyat masih dipermainkan oleh para penjajah hindia-belanda.


Semoga melalui notes ini bisa kembali meningkatkan semangat kita semua untuk terus menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
fa-s-tabiqul khairat,mari berlomba-lombalah dalam kebaikan...!!!


Wassalamualaikum wr.wb............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar