Minggu, 08 Januari 2012

Gombalan Seorang Demonstran

SEBUAH TANYA (1 April 1969)
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan batang leher kemejaku


Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah mandala wangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata kudengar detak jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam CINTA 


Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah,
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di wiraza,
Tetapi aku ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku….
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi-bayi yang lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisi mu manisku

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tidak satu setan pun tahu
Mari sini sayangngku
Kalian yang pernah mesra 
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas Atau awan yang menang

Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa
  

MANDALAWANGI - PANGRANGO (Jakarta 19-7-1966)

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu 
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi 
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya "tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
"terimalah dan hadapilah

dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas-batas hutanmu
melampaui batas-batas jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup 

mencintaNya dengan mencintai ciptaanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar