Lupa
tepatnya tanggal berapa saya melangkahkan kaki ke kampus ini. Setelah sebelumnya
tes sana-sini berusaha mendapat peluang mengecap perguruan tinggi negeri, karena jujur semenjak TK sampai SMA
saya sama sekali tidak pernah merasakan pendidikan negeri. Tapi memang bukan
tempatnya mungkin, akhirnya orang tua menyarankan tes di salah satu universitas
swasta di Jakarta Pusat. Alhamdulillah di terima meski sedikit berat hati tapi ya
memang disinilah tempatku..swasta lagi.
Fakultas
kedokteran..itulah fakultas yang selalu saya pilih di semua tes yang saya
ikuti. Meski orang tua sedikit ragu dengan pilihan ini “yakin bakal kuat kuliah
di kedokteran?kamukan bosenan anaknya” “iya tenang mah, bakal rajin belajar kok
kalo udah masuk mah”.
Meski
hasil psikotes SMA sama sekali tidak menyarankan saya untuk memilih profesi sebagai
dokter karena kemampuan diagnosis saya tidak begitu bagus, tapi saya tetep kekeuh
pengen jadi dokter. “ya nantikan pas kuliah juga belajar bu, pasti bisalah
diagnosis kalo rajin belajar mah”, sangkal saya pada guru BK yang saat itu sedang
menjelaskan hasil psikotes saya di kantornya.
Tahun
2008, lupa tepatnya tanggal berapa, menjadi anak baru yang cupu. Kostum
item-putih-kerudung putih-sepatu hitam. Tiga S (senyum-salam-sapa) pada semua
makhluk yang berada di kampus. Disuapi dengan ilmu-ilmu dasar kedokteran dari
biokim, filsafat, etika, dll. Belajar beradaptasi sebagai makhuk baru yang
bernama mahasiswa. Mengenal teman-teman baru dan mencari sahabat baru.
Melewati
tiap detik-menit-jam-hari-minggu-bulan-tahun.
Melewati
kuliah-praktikum-skills lab-PBL-pleno-ujian-heran-SP.
Melewati
blok demi blok-semester demi semester.
Sampai
akhirnya tibalah di penghujung semester 7. Semester terakhir di kampus ini. Ya inilah
yang saya dan teman-teman seangkatan juga adik kelas nantikan dari perjuangan
kami selama ini. Meski mencapai semester 7 itu baru diibaratkan sebagai
loncatan pertama, Karena masih banyak batu lain yang harus terus saya loncati
selanjutnya.
SARJANA.
Tepat 14 Februari 2012. Kembali dengan kostum culun anak baru yaitu
hitam-putih, saya dan teman-teman saya di baiat, di sumpah karena siap
menyandang gelar S.Ked di belakang nama kami. Tapi entahlah, mungkin ada rasa
bangga dan kepuasan atas jerih gigih usaha kami selama ini, tetapi bila di
bandingkan dengan besarnya beban sumpah yang harus kami pikul rasanya enyaplah
semua rasa bangga tersebut, enyaplah semua rasa puas tersebut terganti oleh
rasa takut, takut akan tanggung jawab baru ini.
Tapi
ini baru sarjana y, sedangkan sewaktu kecil dan anak-anak kecil lain impikan
adalah menjadi dokter, bukan menjadi sarjana kedokteran. Lantas bagaimana?. Bila
fakultas lain bisa langsung melamar kerja dengan ijazah sarjananya, saya pun
bisa demikian tetapi saya ingin menjadi dokter. Maka saya harus kembali membuka
buku-mengasah skills saya-mengunjungi rumah sakit-jaga malam alias memasuki
dunia baru yang bernama koas selama 2 tahun. Saperti gelar S.Ked yang saya raih
sampai jungkir balik selama 3.5 tahun di kampus ini Alhamdulillah berjalan mulus, semoga dunia koas pun semakin
mulus dan benar-benar bisa membentuk saya menjadi sosok yang saya impikan,
dokter.
Sarjana
belum ada apa-apanya teman, yuk kembali buka buku juga buka hati (maksudnya
siapin mental ya, bukan hati untuk siap jatuh hati,hahahaha) karena di dunai
koas tak hanya dosen (dalam koas sebutannya konsulen) yang akan memberiakan ilmunya
tapi pasienlah yang akan sangat membantu mengisi ruang-ruang yang masih kosong
atau mungkin retak di makan waktu dalam lobus-lobus otak kita.
S.Ked?
ternyata belum seberapa..tapi isi sumpahnyalah yang ternyata berat..semangat
teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar